via Detik News, 19 October 2020: Indonesia and the United States sign a memorandum of understanding to search for and repatriate the remains of soldiers who fought during World War II. Articles are in Bahasa. Thanks to Hari Suroto for the links.
Menteri Pertahanan (Menhan) RI Prabowo Subianto dan Menhan Amerika Serikat (AS), Mark T Esper meneken nota kesepakatan (Memorandum of Understanding atau MoU) untuk upaya pencarian tentara AS yang hilang di Indonesia saat perang dunia ke-2. Begini jejak perang pasukan AS dan Jepang di Papua.
“Satu-satunya wilayah Indonesia yang menjadi saksi pertempuran langsung antara Pasukan Amerika dengan Jepang pada Perang Dunia II atau disebut juga Perang Pasifik adalah Papua,” kata Peneliti Badai Arkeologi Papua Hari Suroto, Senin (19/10/2020).
Waktu itu, kata Hari, Pasukan Amerika Serikat di bawah pimpinan Jenderal Douglas Mac Arthur. Mereka menjadikan Sentani sebagai pangkalan terbesar pasukan Amerika.
“Untuk merebut Sentani dari Jepang tentu bukan hal mudah, banyak tentara Amerika yang gugur, begitu juga pasukan Jepang yang mempertahankan Sentani. Wilayah Hollandia nama Kota Jayapura waktu itu, menjadi ajang perebutan antara Jepang dan Amerika,” ujarnya.
Source: Prabowo Teken MoU Cari Tentara AS, Begini Jejak Perang AS-Jepang di Papua
See also:
I was raised in Biak, visited Jayapura and Sausapor too, where there are many physical evidences of Pacific War. Thus, I love to read books on the battles of Hollandia, Sarmi, Biak, and Sansapor. Nevertheless, I never know the existence of cemeteries of Allied soldiers.
There’s something that this article doesn’t mention, I.e. during the Pacific War Allied forces didn’t only invaded Indonesian towns in Northern Coast of Papua but also Morotai (North Maluku) and Tarakan (North Borneo).