via National Geographic Indonesia, 03 April 2021: Indonesian article about Asei village in Lake Sentani, Papua, where the people make tree bark paintings and a megalith is linked to their origin story. Thanks to Hari Suroto for the links.
Warga Kampung Asei memiliki budaya kerajinan membuat kesenian lukisan yang menggunakan bahan alami. Lukisan-lukisan tersebut menggunakan media kulit kayu pohon dan pewarnanya pun menggunakan bahan dari alam.
Kanvas yang dijadikan media untuk membuat lukisan pun terbuat dari kulit pohon khombouw. Sehabis diambil kulit pohonnya, batang dari pohon tersebut digunakan untuk kayu bakar. Selain kanvas untuk melukis, aksesoris lainnya seperti topi, tas, dan dompet di Kampung Asei juga terbuat dari kulit pohon.
Warna kuning yang terdapat pada lukisan tersebut berasal dari kulit akar mengkudu, warna kuning juga bisa didapat dari kunyit. Lalu warna putih diambil dari kapur. Sedangkan warna hitam dibikin dari arang.
Pada dermaga Kampung Asei, terdapat salib besar sebagai penanda injil pertama masuk ke Kampung Asei. Pada kaki salib tersebut, terdapat beberapa pola lukisan khas Kampung Asei yang berupa pola spiral dan garis-garis teratur. Pola spiral tersebut berartikan kekerabatan.
Pola tersebut juga terpasang di lukisan-lukisan yang menggunakan kulit pohon. Lukisan-lukisan tersebut juga bergambarkan binatang seperti cenderawasih, buaya, cicak, juga ular naga.
Di Kampung Asei terdapat cerita moyang bahwa pada zaman dahulu, seorang putra mahkota pernah memanah burung cendrawasih untuk dijadikan hiasan kepala untuk menari. Namun cendrawasih tersebut ternyata adalah anak gadis dari ular naga.
Source: Pusparagam Cycloop: Asal-Usul Pulau Seniman Lukis di Danau Sentani – National Geographic
See also: