via PLoS One, 26 May 2021: A paper by Perston et al. providing a complete technological description of the Maros points from Sulawesi. There is an abtsract in Bahasa Indonesia in the supplementary material which I have included here.
The archaeology of Sulawesi is important for developing an understanding of human dispersal and occupation of central Island Southeast Asia. Through over a century of archaeological work, multiple human populations in the southwestern region of Sulawesi have been identified, the most well-documented being that of the Mid- to Late Holocene ‘Toalean’ technological period. Archaeological models for this period describe a population with a strong cultural identity, subdivided into groups living on the coastal plains around Maros as well as dispersed upland forest dwellers, hunting endemic wildlife with bow-and-arrow technology. It has been proposed that the Toaleans were capable of vast water-crossings, with possible cultural exchange with northern Australia, Java, and Japan. This Toalean paradigm is built almost exclusively on existing interpretations of distinctive Toalean stone and bone artefact technologies, constructed on out-dated 19th and 20th century theory. Moreover, current definitions of Toalean artefact types are inconsistently applied and unsystematic, and the manufacturing sequence has historically been poorly understood. To address these problems in existing artefact models and typologies, we present a clarified typology of the Toalean artefacts of South Sulawesi, and describe the technical aspects of artefact production. This typology provides a tool for standardising research and will facilitate more meaningful assessments of material culture repertoires and more reliable assessment of spatial and temporal changes for the region.
Arkeologi Sulawesi penting untuk mengembangkan pemahaman mengenai persebaran manusia dan hunian di tengah-tengah pulau Asia Tenggara. Setelah lebih dari satu abad pekerjaan arkeologi, berbagai gelombang pendudukan manusia di wilayah barat daya Sulawesi telah diidentifikasi, yang paling terdokumentasi dengan baik adalah dari periode teknologi ‘Toalean’ Holosen Tengah hingga Akhir. Model arkeologi untuk periode ini menggambarkan populasi dengan identitas budaya yang kuat, terbagi menjadi kelompok yang berkembang di bagian pesisir sekitar Maros-Pangkep serta penghuni hutan dataran tinggi yang tersebar dan berburu satwa liar endemik dengan teknologi busur-panah. Diusulkan bahwa Toalean mampu menyeberangi air, dan bahkan melakukan pertukaran budaya dengan Australia utara, Jawa, dan Jepang. Gambaran ini secara eksklusif bergantung pada pemahaman terkini tentang teknologi khas batu Toalean dan artefak tulang, tetapi model ini pada gilirannya dan didasarkan pada filosofi abad ke-19 dan ke-20 yang sudah ketinggalan zaman. Definisi tipe artefak Toaean diterapkan secara tidak konsisten dan tidak sistematis, dan urutan pembuatannya secara historis kurang dipahami. Untuk mengatasi masalah pada sumber daya fundamental ini, makalah ini menyajikan tipologi yang diperjelas dari artefak-artefak Toalean di Sulawesi Selatan, dan menjelaskan aspek teknis produksi artefaknya. Tipologi ini menyediakan alat untuk menstandarisasi penelitian dan akan menfasilitasi penilaian yang lebih bermakna dari himpunan budaya material dan penilaian perubahan spasial dan temporal yang lebih dapat diandalkan.
See also: